Apa
yang Alkitab ajarkan tentang pemujaan patung dan leluhur?
Apa
pandangan orang Kristen mengenai hari raya agama?
Bagaimana
caranya menjelaskan kepercayaan Anda tanpa menyinggung perasaan orang?
KATAKANLAH Anda baru saja tahu bahwa seluruh
lingkungan tempat tinggal Anda telah tercemar. Seseorang diam-diam telah
membuang limbah beracun di daerah itu, dan sekarang kehidupan semua orang
terancam bahaya. Apa yang akan Anda lakukan? Sebisa mungkin, Anda tentu akan
pindah dari sana. Tetapi, setelah itu, Anda masih dihantui pertanyaan penting, ’Apakah
saya sudah terkena racun?’
2 Demikian pula keadaannya dengan agama
palsu. Alkitab mengajarkan bahwa agama seperti itu sudah tercemar dengan ajaran
dan cara beribadat yang najis. (2 Korintus 6:17) Itulah sebabnya mengapa
begitu penting untuk keluar dari ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia.
(Penyingkapan 18:2, 4) Sudahkah Anda melakukannya? Jika sudah, Anda patut
dipuji. Tetapi, ada lagi yang dituntut selain memutuskan hubungan dengan agama
palsu. Anda selanjutnya harus bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah masih ada
sisa-sisa agama palsu yang mencemari diri saya?’ Pertimbangkan beberapa contoh.
PEMUJAAN PATUNG DAN
LELUHUR
3 Ada yang sudah bertahun-tahun
memiliki patung atau tempat pemujaan di rumah mereka. Apakah Anda juga? Jika
ya, Anda mungkin merasa janggal atau salah untuk berdoa kepada Allah tanpa
menggunakan sesuatu yang kelihatan sebagai alat bantu. Anda mungkin bahkan
menyayangi benda-benda itu. Tetapi, Allah-lah yang menentukan cara beribadat
kepada-Nya, dan Alkitab mengajarkan bahwa Ia tidak ingin kita menggunakan
patung. (Keluaran 20:4, 5; Mazmur 115:4-8; Yesaya 42:8; 1 Yohanes
5:21) Jadi, Anda dapat berpaut pada ibadat sejati dengan memusnahkan
benda apa pun yang Anda miliki yang berkaitan dengan ibadat palsu. Tanpa
ragu-ragu, pandanglah benda-benda itu seperti Yehuwa memandangnya—sebagai
sesuatu yang ”memuakkan”.—Ulangan 27:15.
4 Pemujaan leluhur juga umum dalam
banyak agama palsu. Sebelum belajar kebenaran Alkitab, ada yang percaya bahwa
orang mati masih hidup di suatu alam gaib dan bahwa mereka dapat membantu atau
mencelakakan orang yang hidup. Mungkin Anda pernah bersusah payah menenangkan
leluhur Anda yang sudah meninggal. Tetapi, seperti yang Anda pelajari di Pasal 6
buku ini, orang mati tidak sadar dan tidak hidup di tempat lain. Jadi, upaya
untuk berkomunikasi dengan mereka tidak ada gunanya. Pesan apa pun yang
tampaknya berasal dari orang tercinta yang telah meninggal sebenarnya berasal
dari hantu-hantu. Karena itu, Yehuwa melarang orang Israel untuk mencoba
berbicara dengan orang mati atau terlibat dengan semua bentuk spiritisme.—Ulangan
18:10-12.
5 Jika Anda dahulu beribadat dengan
menggunakan patung atau memuja leluhur, apa yang dapat Anda lakukan? Baca dan
renungkanlah ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan pandangan Allah terhadap
hal-hal itu. Berdoalah kepada Yehuwa setiap hari tentang keinginan Anda untuk
berpaut pada ibadat sejati, dan mintalah bantuan-Nya agar Anda dapat memiliki pandangan
yang sama dengan-Nya.—Yesaya 55:9.
NATAL—TIDAK DIRAYAKAN OLEH
ORANG KRISTEN MASA AWAL
6 Ibadat seseorang dapat dicemari oleh
agama palsu dalam hal hari-hari raya umum. Contohnya Natal, yang konon
dimaksudkan untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus. Hampir setiap agama
yang mengaku Kristen merayakannya. Tetapi, tidak ada bukti bahwa murid-murid
Yesus pada abad pertama merayakannya. Buku Sacred Origins of
Profound Things (Asal Usul Sakral dari Hal-Hal yang Bermakna
Dalam) menyatakan, ”Selama dua abad setelah lahirnya Kristus, tidak seorang pun
tahu, dan hanya sedikit yang peduli, kapan persisnya ia lahir.”
7 Seandainya murid-murid Yesus tahu
persis tanggal lahirnya, mereka pun tidak akan merayakannya. Mengapa? Karena,
seperti dikatakan The World Book Encyclopedia,
orang Kristen masa awal ”menganggap perayaan kelahiran sebagai kebiasaan kafir”.
Alkitab hanya menyebutkan dua perayaan hari lahir, yaitu yang diadakan oleh dua
penguasa yang tidak menyembah Yehuwa. (Kejadian 40:20; Markus 6:21) Perayaan hari
lahir juga diadakan untuk menghormati dewa-dewi orang kafir. Misalnya, pada
tanggal 24 Mei orang Romawi merayakan hari lahir dewi Diana. Keesokan
harinya, mereka memperingati hari lahir dewa matahari mereka, Apolo. Jadi,
perayaan hari lahir dikaitkan dengan kekafiran, bukan dengan Kekristenan.
8 Ada alasan lain mengapa orang Kristen
abad pertama tidak akan merayakan hari lahir Yesus. Murid-muridnya kemungkinan
besar tahu bahwa perayaan hari lahir ada hubungannya dengan takhayul. Misalnya,
banyak orang Yunani dan Romawi zaman dahulu percaya bahwa ada suatu roh yang
hadir pada saat kelahiran setiap orang dan yang melindungi orang tersebut
sepanjang hidupnya. ”Roh itu mempunyai hubungan gaib dengan dewa yang hari
kelahirannya sama dengan orang tersebut,” kata buku The Lore of
Birthdays (Kepercayaan Tradisional tentang Hari Lahir). Yehuwa pasti
tidak senang dengan perayaan apa pun yang mengaitkan Yesus dengan takhayul.
(Yesaya 65:11, 12) Jadi, mengapa begitu banyak orang merayakan Natal?
ASAL USUL NATAL
9 Beberapa ratus tahun setelah Yesus
hidup di bumi, barulah orang mulai memperingati kelahirannya pada tanggal 25 Desember.
Tetapi, itu bukan tanggal Yesus lahir, sebab ia ternyata lahir pada
bulan Oktober. Maka, mengapa tanggal 25 Desember yang dipilih? Beberapa
orang yang belakangan mengaku Kristen kemungkinan besar ”ingin agar tanggalnya
bertepatan dengan perayaan kafir Romawi untuk memperingati ’hari lahir matahari
yang tak tertaklukkan’”. (The New Encyclopædia Britannica)
Pada musim dingin, sewaktu sinar matahari tampak paling redup, orang kafir
mengadakan upacara supaya sumber panas dan cahaya ini kembali dari
perjalanannya yang jauh. Tanggal 25 Desember dianggap sebagai hari ketika
matahari memulai perjalanannya kembali. Dalam upaya untuk menobatkan orang
kafir, para pemimpin agama memasukkan perayaan ini ke dalam ibadat mereka dan
mencoba membuatnya berbau ”Kristen”.
10 Orang sudah lama mengakui bahwa Natal
bersumber dari kekafiran, bukan dari Alkitab. Karena itu, Natal dilarang di
Inggris dan di beberapa koloni Amerika pada abad ke-17. Bahkan siapa pun yang
tinggal di rumah dan tidak bekerja pada hari Natal harus membayar denda.
Tetapi, tidak lama kemudian kebiasaan umum itu menjadi populer lagi, dan
beberapa kebiasaan lain ditambahkan. Natal sekali lagi menjadi hari raya yang
penting, bahkan sampai sekarang di banyak negeri. Tetapi, karena Natal ada
hubungannya dengan agama palsu, orang yang ingin menyenangkan Allah tidak
merayakannya, juga hari raya lain mana pun yang bersumber dari ibadat orang kafir.
APAKAH ASAL USUL
HARI RAYA BENAR-BENAR PENTING?
11 Ada orang yang setuju bahwa hari raya
seperti Natal berasal dari kekafiran tetapi merasa bahwa tidaklah salah untuk
merayakannya. Faktanya, sewaktu merayakan hari-hari raya, kebanyakan orang
tidak memikirkan atau menghubungkannya dengan ibadat palsu. Saat-saat seperti
itu juga merupakan kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul. Apakah Anda juga
merasa begitu? Jika ya, kemungkinan besar, kasih kepada keluargalah yang
membuat Anda sulit berpaut pada ibadat sejati, bukan kasih kepada agama palsu.
Yakinlah bahwa Yehuwa, Pribadi yang menjadi pemula keluarga, ingin agar Anda
mempunyai hubungan yang baik dengan sanak keluarga Anda. (Efesus 3:14, 15)
Anda dapat menguatkan ikatan keluarga dengan cara yang Allah perkenan. Rasul
Paulus menulis tentang apa yang seharusnya paling penting bagi kita, ”Teruslah
pastikan apa yang diperkenan Tuan.”—Efesus 5:10.
12 Mungkin Anda merasa bahwa asal usul
hari-hari raya itu hampir tidak ada kaitannya dengan apa yang dirayakan
sekarang. Apakah asal usul benar-benar penting? Ya! Sebagai gambaran:
Katakanlah Anda melihat ada permen loli di selokan. Apakah Anda akan mengambil
permen itu dan memakannya? Tentu tidak, bukan? Permen itu kotor. Seperti permen
itu, hari-hari raya mungkin kelihatannya menyenangkan, tetapi diambil atau
berasal dari tempat-tempat yang najis. Untuk berpaut pada ibadat sejati, kita
harus memiliki pandangan yang sama dengan nabi Yesaya, yang memberi tahu para
penganut ibadat sejati, ”Jangan menyentuh apa pun yang najis.”—Yesaya 52:11.
BIJAKSANA TERHADAP ORANG
LAIN
13 Kesulitan mungkin timbul sewaktu Anda
memutuskan untuk tidak ikut merayakan hari-hari raya. Misalnya, rekan sekerja
mungkin heran mengapa Anda tidak mengikuti kegiatan hari raya tertentu di
tempat kerja. Bagaimana jika Anda diberi hadiah Natal? Apakah salah untuk
menerimanya? Bagaimana jika teman hidup Anda berbeda kepercayaan? Apa yang
dapat Anda lakukan agar anak-anak Anda tidak merasa kesenangannya terampas
karena tidak merayakan hari-hari raya?
14 Dibutuhkan pertimbangan yang baik
untuk menentukan cara menangani setiap situasi. Jika ucapan selamat hari raya
disampaikan secara sambil lalu, Anda cukup mengucapkan terima kasih. Tetapi,
bagaimana seandainya yang mengucapkan itu adalah orang yang sering Anda temui
atau rekan sekerja? Jika demikian, Anda bisa saja memberikan penjelasan. Dalam
segala situasi, Anda harus bijaksana. Alkitab menasihatkan, ”Hendaklah ucapanmu
selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam, sehingga kamu mengetahui bagaimana
seharusnya memberikan jawaban kepada setiap orang.” (Kolose 4:6)
Berhati-hatilah, jangan sampai kita menunjukkan sikap tidak respek. Sebaliknya,
dengan bijaksana jelaskan pendirian Anda. Terangkan bahwa Anda bukannya tidak
senang bertukar hadiah dan berkumpul bersama mereka tetapi bahwa Anda lebih
senang melakukannya pada kesempatan lain, bukan pada hari raya.
15 Bagaimana jika seseorang ingin
memberikan hadiah kepada Anda? Hal itu banyak bergantung pada keadaan. Si
pemberi mungkin mengatakan, ”Saya tahu Anda tidak merayakan hari raya ini.
Tetapi, saya ingin Anda menerima hadiah ini.” Anda mungkin menilai bahwa dalam
hal itu, menerima hadiah tidak sama dengan ikut merayakan hari raya tersebut.
Jika si pemberi tidak tahu kepercayaan Anda, Anda tentu dapat mengatakan bahwa
Anda tidak merayakan hari raya itu. Ini akan membantunya mengerti alasan Anda
mau menerima hadiahnya tetapi tidak memberikan hadiah sebagai balasan pada
kesempatan itu. Tetapi, Anda sebaiknya tidak menerima hadiah yang jelas-jelas
diberikan dengan niat untuk menunjukkan bahwa Anda tidak berpaut pada kepercayaan
Anda atau bahwa Anda akan berkompromi demi keuntungan materi.
BAGAIMANA DENGAN ANGGOTA
KELUARGA?
16 Bagaimana jika anggota keluarga Anda
berbeda kepercayaan? Sekali lagi, hendaklah bijaksana. Anda tidak perlu
mempermasalahkan setiap tradisi atau perayaan yang dirayakan sanak keluarga
Anda. Sebaliknya, hormati hak mereka untuk memiliki pandangan mereka sendiri,
sama seperti Anda ingin mereka menghormati hak Anda. (Matius 7:12) Hindari
tindakan apa pun yang sebenarnya sama saja dengan ikut merayakan hari raya.
Namun, bersikaplah masuk akal dalam hal-hal yang tidak berkaitan langsung
dengan perayaan itu. Tentu, jangan sampai tindakan Anda membuat hati nurani
Anda terganggu.—1 Timotius 1:18, 19.
17 Apa yang dapat Anda lakukan agar
anak-anak Anda tidak merasa kesenangannya terampas karena tidak merayakan
hari-hari raya yang tidak selaras dengan Alkitab? Hal itu banyak bergantung
pada apa yang Anda lakukan pada waktu-waktu lain sepanjang tahun. Ada orang tua
yang menentukan waktu-waktu tertentu untuk memberikan hadiah kepada anak-anak
mereka. Salah satu hadiah terbaik yang dapat Anda berikan kepada anak-anak
ialah waktu dan perhatian Anda yang pengasih.
MENJALANKAN IBADAT SEJATI
18 Untuk menyenangkan Allah, Anda harus
menolak ibadat palsu dan berpaut pada ibadat sejati. Apa yang tercakup di
dalamnya? Alkitab menyatakan, ”Biarlah kita memperhatikan satu sama lain untuk
saling menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik, dengan tidak
mengabaikan pertemuan kita, sebagaimana kebiasaan beberapa orang, tetapi saling
menganjurkan, dan terlebih lagi demikian seraya kamu melihat hari itu mendekat.”
(Ibrani 10:24, 25) Pertemuan-pertemuan Kristen merupakan saat-saat yang
membahagiakan karena di sanalah Anda dapat beribadat kepada Allah dengan cara
yang Ia perkenan. (Mazmur 22:22; 122:1) Pada pertemuan-pertemuan seperti itu, ”ada
pertukaran anjuran” di antara orang-orang Kristen yang setia.—Roma 1:12.
19 Cara lain untuk berpaut pada ibadat
sejati ialah dengan berbicara kepada orang-orang tentang hal-hal yang telah Anda
pelajari dari Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa. Banyak orang benar-benar ”berkeluh
kesah dan mengerang” karena kefasikan yang terjadi di dunia dewasa ini.
(Yehezkiel 9:4) Mungkin Anda mengenal orang-orang seperti itu. Cobalah
berbicara kepada mereka tentang harapan Anda untuk masa depan, yang berdasarkan
Alkitab. Seraya Anda bergaul dengan orang-orang Kristen sejati dan berbicara
kepada orang-orang tentang kebenaran Alkitab yang menakjubkan yang telah Anda
pelajari, lambat laun kerinduan kepada tradisi agama palsu yang mungkin masih
tersisa dalam hati Anda akan sirna. Yakinlah bahwa Anda akan sangat bahagia dan
akan mendapat banyak berkat jika Anda berpaut pada ibadat sejati.—Maleakhi
3:10.
[Catatan Kaki]
Lihat Apendiks, halaman 221-2.
Perayaan Saturnalia juga menjadi faktor dalam
pemilihan tanggal 25 Desember. Perayaan yang menghormati dewa pertanian
Romawi ini diadakan pada tanggal 17-24 Desember. Pada perayaan itu,
orang-orang berpesta-pora, bersukaria, dan saling memberikan hadiah.
Untuk pembahasan tentang pandangan orang
Kristen sejati terhadap hari-hari raya umum lainnya, lihat Apendiks, halaman 222-3.
APA YANG ALKITAB AJARKAN
▪ Pemujaan patung dan leluhur dilarang dalam
ibadat sejati.—Keluaran 20:4, 5; Ulangan 18:10-12.
▪ Ikut merayakan perayaan yang bersumber dari
kekafiran adalah salah.—Efesus 5:10.
▪ Orang Kristen sejati harus bijaksana
sewaktu menjelaskan kepercayaan mereka kepada orang lain.—Kolose 4:6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar