Kamis, 21 November 2013

Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah


 
”Teruslah pastikan apa yang diperkenan Tuan.”—EFESUS 5:10.

”PARA penyembah yang benar,” kata Yesus, ”akan menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran, karena, sesungguhnya, Bapak mencari orang-orang yang seperti itu supaya mereka menyembah dia.” (Yohanes 4:23) Pada waktu Yehuwa menemukan orang-orang seperti itu—sebagaimana Ia menemukan Saudara—Ia menarik mereka kepada-Nya dan kepada Putra-Nya. (Yohanes 6:44) Benar-benar suatu kehormatan! Tetapi, para pencinta kebenaran Alkitab harus ’terus memastikan apa yang diperkenan Tuan’, sebab Setan adalah penipu ulung.—Efesus 5:10; Penyingkapan 12:9.

2 Perhatikan apa yang terjadi di dekat Gunung Sinai ketika orang Israel meminta Harun membuatkan suatu allah untuk mereka. Harun dengan berat hati menuruti keinginan mereka, lalu membuat sebuah anak lembu emas tetapi dia secara tidak langsung menyatakan bahwa patung itu melambangkan Yehuwa. ”Besok ada perayaan bagi Yehuwa,” katanya. Apakah Yehuwa bersikap masa bodoh terhadap peleburan agama yang sejati dengan yang palsu? Tidak. Atas perintah-Nya, kira-kira tiga ribu penyembah berhala dibunuh. (Keluaran 32:1-6, 10, 28) Hikmahnya? Jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah, kita tidak boleh ”menyentuh apa pun yang najis” dan harus dengan sungguh-sungguh menjaga kebenaran tetap bersih dari unsur apa pun yang bersifat merusak.—Yesaya 52:11; Yehezkiel 44:23; Galatia 5:9.

3 Sayang sekali, setelah kematian para rasul, yang menjadi penahan kemurtadan, orang Kristen palsu yang tidak mengasihi kebenaran mulai mengadopsi berbagai kebiasaan, perayaan, dan hari raya kafir, yang mereka beri label Kristen. (2 Tesalonika 2:7, 10) Kalau Saudara perhatikan, beberapa perayaan tersebut tidak mencerminkan roh Allah, tetapi roh dunia. Umumnya, berbagai perayaan duniawi memiliki kesamaan, yaitu memikat keinginan daging dan mendukung kepercayaan agama palsu serta spiritisme—ciri khas ”Babilon Besar”. (Penyingkapan 18:2-4, 23) Ingatlah juga bahwa Yehuwa melihat sendiri praktek-praktek agama kafir yang menjijikkan yang menjadi sumber dari banyak kebiasaan populer. Tidak diragukan, dewasa ini pun Ia merasa jijik terhadap perayaan-perayaan seperti itu. Tidakkah kita seharusnya menganggap pandangan-Nya tersebut sangat penting?—2 Yohanes 6, 7.


4 Sebagai orang Kristen sejati, kita tahu bahwa perayaan-perayaan tertentu tidak menyenangkan Yehuwa. Tetapi, kita harus memiliki tekad kuat dalam hati untuk tidak merayakannya sama sekali. Tinjauan kembali tentang alasan Yehuwa tidak senang dengan perayaan seperti itu akan memperkuat tekad kita untuk menghindari apa pun yang bisa menghalangi kita tetap berada dalam kasih Allah.

NATAL—NAMA BARU UNTUK PENYEMBAHAN MATAHARI

5 Alkitab tidak menyebutkan perayaan hari lahir untuk Yesus. Malah, tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti. Tetapi, kita dapat yakin bahwa ia tidak lahir pada tanggal 25 Desember di musim dingin di bagian dunia tersebut. Karena menurut catatan Lukas, ketika Yesus dilahirkan, ”ada gembala-gembala yang tinggal di tempat terbuka” yang sedang menjaga kambing-domba mereka. (Lukas 2:8-11) Seandainya mereka biasa ”tinggal di tempat terbuka” sepanjang tahun, keterangan itu tidak penting. Tetapi, karena di Betlehem ada banyak hujan dan salju selama musim dingin, kawanan ternak dibawa ke penaungan dan para gembala tidak mungkin ”tinggal di tempat terbuka”. Selain itu, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem karena Kaisar Agustus memerintahkan sensus penduduk. (Lukas 2:1-7) Sangat kecil kemungkinannya Kaisar akan memerintahkan rakyat yang sudah merasa kesal terhadap pemerintah Romawi untuk mengadakan perjalanan ke kota leluhur mereka pada saat yang paling dingin di musim dingin.

6 Natal tidak berasal dari Alkitab, tetapi dari perayaan-perayaan kafir kuno, seperti Saturnalia, yang dirayakan orang Romawi untuk Saturnus, dewa pertanian. Di samping itu, menurut perhitungan mereka, pada tanggal 25 Desember para penyembah Dewa Mitra merayakan ”hari lahir matahari yang tak terkalahkan”, kata New Catholic Encyclopedia. ”Natal mulai dirayakan pada masa manakala sekte matahari sangat berpengaruh di Roma”, sekitar tiga abad setelah kematian Kristus.

7 Selama perayaan mereka, orang kafir bertukar hadiah dan mengadakan jamuan makan besar—kebiasaan yang dipertahankan dalam Natal. Tetapi, sama seperti sekarang, pemberian hadiah pada musim perayaan pada zaman Romawi itu kebanyakan tidak diberikan dengan semangat 2 Korintus 9:7, yang menyatakan, ”Hendaklah masing-masing melakukan sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersukacita.” Orang Kristen sejati memberi berdasarkan kasih, tanpa terikat pada tanggal-tanggal tertentu, dan tidak mengharapkan balasan. (Lukas 14:12-14; Kisah 20:35) Selain itu, mereka sangat bersyukur karena telah dibebaskan dari histeria Natal dan utang finansial yang sangat membebani banyak orang pada saat-saat tersebut.—Matius 11:28-30; Yohanes 8:32.

8 Tetapi, ada yang mungkin menyatakan, ”Bukankah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir?” Tidak. Hadiah yang mereka berikan hanyalah suatu cara untuk menyatakan hormat kepada seseorang yang penting, suatu kebiasaan yang umum pada zaman Alkitab. (1 Raja 10:1, 2, 10, 13; Matius 2:2, 11) Malah, mereka tidak datang pada malam kelahiran Yesus. Pada waktu mereka tiba, Yesus sudah bukan bayi yang ditidurkan di palungan, melainkan sudah berumur beberapa bulan dan tinggal di sebuah rumah.

HARI LAHIR MENURUT ALKITAB

9 Meskipun kelahiran bayi selalu sangat membahagiakan, Alkitab tidak menyebutkan ada hamba Allah yang merayakan hari lahirnya. (Mazmur 127:3) Apakah hal ini mungkin terlupakan? Tidak, karena Alkitab menyebutkan dua perayaan hari lahir—yang diadakan oleh seorang Firaun Mesir dan Herodes Antipas. (Kejadian 40:20-22; Markus 6:21-29) Tetapi, kedua peristiwa itu meninggalkan kesan buruk—terutama yang terakhir, yang menyebabkan Yohanes Pembaptis dipancung.

10 Menurut The World Book Encyclopedia, ”Orang Kristen masa awal menganggap perayaan kelahiran sebagai kebiasaan kafir.” Orang Yunani zaman dulu, misalnya, percaya bahwa setiap orang mempunyai roh pelindung yang menungguinya sewaktu dia lahir dan setelah itu menjaga dia. Roh itu ”mempunyai hubungan mistis dengan dewa yang hari kelahirannya sama dengan orang tersebut”, kata buku The Lore of Birthdays. Di samping itu, selama berabad-abad hari lahir dikaitkan dengan astrologi dan horoskop.

11 Hamba-hamba Allah pada zaman dulu menolak kebiasaan yang berkaitan dengan hari lahir selain karena berasal dari kekafiran dan terkait dengan spiritisme, kemungkinan besar juga karena prinsip-prinsip yang mereka anut. Mengapa demikian? Mereka adalah pria dan wanita sederhana yang tidak menganggap kelahiran mereka di dunia sedemikian pentingnya sehingga harus dirayakan. (Mikha 6:8; Lukas 9:48) Sebaliknya, mereka memuliakan Yehuwa dan bersyukur kepada-Nya atas karunia kehidupan yang berharga.—Mazmur 8:3, 4; 36:9; Penyingkapan 4:11.

12 Semua orang yang mati setia akan aman dalam ingatan Allah, dan kehidupan mereka di masa depan terjamin. (Ayub 14:14, 15) Pengkhotbah 7:1 mengatakan, ”Sebuah nama lebih baik daripada minyak yang baik, dan hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran.” ”Nama” adalah reputasi yang baik di hadapan Allah yang kita peroleh karena melayani-Nya dengan setia. Patut diperhatikan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk merayakan satu peristiwa saja, yang justru tidak berkaitan dengan kelahiran, tetapi dengan kematian—yaitu kematian Yesus, yang memiliki ”nama” yang unggul dan sangat penting untuk keselamatan kita.—Lukas 22:17-20; Ibrani 1:3, 4.

PASKAH—PEMUJAAN KESUBURAN YANG TERSELUBUNG

13 Paskah, yang dimasyarakatkan sebagai perayaan kebangkitan Kristus, sebenarnya bersumber dari agama palsu. Kata bahasa Inggris untuk Paskah, yaitu Easter, ada kaitannya dengan Eostre, atau Ostara, yaitu dewi fajar dan musim semi orang Anglo-Saxon. Dan, bagaimana telur dan kelinci sampai digunakan dalam Paskah? Telur ”dikenal sebagai lambang kehidupan baru dan kebangkitan”, kata Encyclopædia Britannica, sedangkan kelinci sudah lama digunakan sebagai lambang kesuburan. Karena itu, Paskah sebenarnya adalah ritus kesuburan bertopeng perayaan kebangkitan Kristus.

14 Apakah Yehuwa berkenan jika ritus kesuburan yang menjijikkan digunakan untuk memperingati kebangkitan Putra-Nya? Tentu saja tidak! (2 Korintus 6:17, 18) Sesungguhnya, Alkitab sama sekali tidak pernah memerintahkan atau menyetujui perayaan memperingati kebangkitan Yesus. Jadi, merayakan dan memberinya label Paskah adalah tindakan yang sangat tidak loyal.

ASAL USUL HALLOWEEN

15 Halloween, yang dirayakan pada tanggal 31 Oktober dan dikenal dengan tukang sihirnya, peri jahatnya, dan dekorasi serta pernak-pernik lain yang aneh-aneh, berasal dari orang Kelt kuno di Inggris dan Irlandia. Pada waktu bulan purnama yang terdekat dengan tanggal 1 November, mereka merayakan festival Samhain, yang artinya ”Akhir Musim Panas”. Mereka percaya bahwa pada waktu Samhain, tirai antara manusia dan dunia supernatural dibuka dan roh-roh yang baik dan jahat berkeliaran di bumi. Jiwa-jiwa orang mati konon kembali ke rumah mereka, dan keluarga-keluarga menyajikan makanan dan minuman untuk tamu-tamu mereka dari alam roh untuk menenangkan mereka. Dewasa ini, anak-anak berpakaian seperti hantu atau tukang sihir lalu pergi dari rumah ke rumah meminta permen, dan kalau tidak diberi, mereka mengancam akan melakukan kejahilan. Tanpa disadari, mereka sesungguhnya melestarikan ritus Samhain.

JAUHKAN ACARA PERNIKAHAN SAUDARA DARI KECEMARAN

16 Tidak lama lagi, ”suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan pernah terdengar lagi di dalam [Babilon Besar]”. (Penyingkapan 18:23) Mengapa? Salah satu penyebabnya adalah praktek-praktek spiritismenya, yang dapat mencemari sebuah perkawinan sejak hari pernikahan.—Markus 10:6-9.

17 Tata cara pernikahan di setiap negeri tidak sama. Ada yang mungkin kelihatannya tidak salah padahal bisa jadi bersumber dari kebiasaan ala Babilon yang konon akan mendatangkan keberuntungan atas mempelai atau tamu-tamu mereka. (Yesaya 65:11) Salah satu tradisi ialah menebarkan beras atau benda lain, seperti guntingan kertas berwarna. Kebiasaan ini mungkin bersumber dari kepercayaan bahwa makanan bisa menenangkan roh jahat dan mencegah mereka agar tidak mencelakai pengantin wanita dan pria. Selain itu, beras sudah lama memiliki kaitan mistis dengan kesuburan, kebahagiaan, dan umur panjang. Jelaslah, semua orang yang ingin tetap berada dalam kasih Allah akan menjauhi kebiasaan yang cemar semacam itu.—2 Korintus 6:14-18.

18 Hamba-hamba Yehuwa juga menjauhi kebiasaan duniawi yang bisa membuat upacara dan resepsi pernikahan kehilangan martabat Kristen atau bisa mengganggu hati nurani orang lain. Misalnya, sewaktu menyampaikan khotbah atau kata sambutan, mereka menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan atau berbau seksual dan lelucon atau pernyataan yang bisa mempermalukan pasangan yang baru menikah dan orang lain. (Amsal 26:18, 19; Lukas 6:31; 10:27) Mereka juga tidak akan mengadakan resepsi mewah bak cerita dongeng yang merupakan ”pameran sarana kehidupan seseorang”, dan tidak mencerminkan kesahajaan. (1 Yohanes 2:16) Jika Saudara berencana untuk menikah, jangan sekali-kali lupa bahwa Yehuwa ingin agar Saudara selalu bisa mengenang hari istimewa Saudara dengan penuh sukacita, bukan dengan penyesalan.

BERSULANG—BERKAITAN DENGAN AGAMA?

19 Kebiasaan umum pada pesta pernikahan dan acara ramah tamah lainnya ialah bersulang. Menurut International Handbook on Alcohol and Culture tahun 1995, ”Bersulang . . . boleh jadi merupakan kebiasaan sekuler, sisa-sisa dari upacara keagamaan zaman dahulu untuk mempersembahkan minuman kudus kepada para dewa . . . sebagai ganti permohonan, doa yang diringkas dengan kata-kata ’semoga panjang umur!’ atau ’demi kesehatan Anda!’”

20 Memang, banyak orang mungkin tidak berpikir bahwa bersulang ada kaitannya dengan agama atau takhayul. Tetapi, kebiasaan mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi bisa dipandang sebagai permohonan kepada ”surga”—kekuatan adimanusiawi—untuk memperoleh berkat dengan cara yang tidak selaras dengan uraian Alkitab.—Yohanes 14:6; 16:23.

”HAI, ORANG-ORANG YANG MENGASIHI YEHUWA, BENCILAH APA YANG JAHAT”

21 Sebagai cerminan dari standar dunia dewasa ini yang semakin merosot tajam—tren yang secara langsung atau pun tidak langsung digalakkan oleh Babilon Besar—beberapa negeri mensponsori karnaval tahunan atau Mardi Gras, yaitu perayaan yang bercirikan tarian yang cabul dan yang mungkin bahkan mengelu-elukan gaya hidup kaum homoseksual dan lesbian. Apakah pantas bagi orang ”yang mengasihi Yehuwa” untuk menghadiri atau menonton acara seperti itu? Dengan melakukan hal itu, apakah ia menunjukkan bahwa ia benar-benar membenci apa yang jahat? (Mazmur 1:1, 2; 97:10) Betapa jauh lebih baik untuk meniru sikap pemazmur yang berdoa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna”!—Mazmur 119:37.

22 Pada hari-hari raya duniawi, seorang Kristen akan berhati-hati agar tindakannya tidak memberi kesan kepada orang lain bahwa ia ikut merayakannya. Paulus menulis, ”Jika kamu makan atau minum atau melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.” (1 Korintus 10:31; lihat kotak ”Membuat Keputusan yang Bijaksana”, di halaman 158-9.) Sebaliknya, jika suatu kebiasaan atau perayaan jelas-jelas tidak mengandung makna agama palsu, bukan bagian dari perayaan politis atau patriotik, dan tidak melanggar prinsip-prinsip Alkitab, setiap orang Kristen bisa membuat keputusan pribadi apakah ia akan ikut merayakannya atau tidak. Dan, ia akan memikirkan perasaan orang lain agar tidak menjadi sandungan.

MULIAKAN ALLAH DENGAN PERKATAAN DAN PERBUATAN

23 Banyak orang memandang hari-hari raya tertentu yang populer terutama sebagai kesempatan bagi keluarga dan sahabat untuk berkumpul. Jadi, kalau ada yang memiliki anggapan yang keliru bahwa pendirian kita yang berdasarkan Alkitab itu tidak pengasih atau ekstrem, kita dapat dengan ramah menjelaskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menghargai acara kumpul-kumpul yang sehat bersama keluarga dan sahabat. (Amsal 11:25; Pengkhotbah 3:12, 13; 2 Korintus 9:7) Kita menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai sepanjang tahun, tetapi, karena mengasihi Allah dan standar-standar-Nya yang adil-benar, kita tidak ingin menodai acara yang menyenangkan seperti itu dengan kebiasaan yang menyakiti hati-Nya.—Lihat kotak ”Ibadat Sejati Menghasilkan Sukacita Terbesar”, di halaman 156.

24 Ada Saksi yang memperoleh hasil baik sewaktu menyampaikan pokok-pokok dalam pasal 16 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan kepada orang-orang yang bertanya dengan tulus. Tetapi, ingatlah bahwa tujuan kita ialah memenangkan hati, bukan argumen. Maka, perlihatkan respek, tetaplah bersikap lembut, dan ”hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam”.—Kolose 4:6.

25 Sebagai hamba Yehuwa, kita adalah umat yang terdidik. Kita tahu mengapa kita mempercayai, melakukan, dan menjauhi hal-hal tertentu. (Ibrani 5:14) Maka, orang tua, ajarlah anak-anak Saudara bernalar berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan begitu, Saudara membina iman mereka, Saudara membantu mereka memberikan jawaban berdasarkan Alkitab kepada orang yang mempertanyakan kepercayaan mereka, dan Saudara meyakinkan mereka bahwa Yehuwa mengasihi mereka.—Yesaya 48:17, 18; 1 Petrus 3:15.

26 Semua orang yang menyembah Allah ”dengan roh dan kebenaran” tidak hanya menghindari perayaan yang tidak sesuai dengan Alkitab tetapi juga berusaha keras untuk jujur dalam setiap aspek kehidupan. Dewasa ini, banyak orang menganggap kejujuran tidak praktis. Tetapi, sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut, jalan-jalan Allah selalu yang terbaik.

[Catatan Kaki]

Lihat kotak ”Bolehkah Saya Ikut Merayakannya?” di halaman 148-9. Sejumlah hari raya dan perayaan spesifik disebutkan dalam Indeks Publikasi Menara Pengawal, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Berdasarkan kronologi Alkitab dan sejarah sekuler, Yesus mungkin lahir pada tahun 2 SM di bulan Etanim penanggalan Yahudi, yang jatuh pada bulan September/Oktober penanggalan kita sekarang.—Lihat Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1251-2, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Lihat kotak ”Hari-Hari Raya dan Setanisme”, di halaman 150.

Perjanjian Hukum menuntut agar seorang wanita memberikan persembahan dosa kepada Allah setelah ia melahirkan. (Imamat 12:1-8) Tuntutan hukum ini merupakan pengingat yang menyedihkan bahwa manusia meneruskan dosa kepada anak mereka, sehingga membantu orang Israel memiliki pandangan yang seimbang tentang kelahiran seorang anak dan bisa jadi membuat mereka tidak mengadopsi kebiasaan kafir yang berkaitan dengan hari lahir.—Mazmur 51:5.

Paskah juga dikaitkan dengan penyembahan dewi kesuburan orang Fenisia, yaitu Astarte, yang simbolnya adalah telur dan kelinci. Dewi Astarte digambarkan dalam beragam patung dengan organ-organ seks yang dibesar-besarkan atau dengan seekor kelinci di sampingnya dan sebutir telur di tangannya.

Lihat tiga artikel tentang pesta pernikahan dan pertemuan ramah tamah dalam Menara Pengawal 15 Oktober 2006, halaman 18-31.

Lihat Menara Pengawal 15 Februari 2007, halaman 30-1.

Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

[Pertanyaan Pelajaran]

 1. Orang-orang seperti apa yang Yehuwa tarik kepada-Nya, dan mengapa mereka harus tetap waspada secara rohani?

 2. Jelaskan bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencoba melebur agama yang sejati dengan yang palsu.

3, 4. Mengapa kita harus memperhatikan baik-baik prinsip Alkitab sewaktu memeriksa kebiasaan dan perayaan yang populer?

 5. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember?

6, 7. (a) Apa asal usul banyak kebiasaan Natal? (b) Apa bedanya pemberian hadiah pada waktu Natal dan pemberian dari orang Kristen?

 8. Apakah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir? Jelaskan.

 9. Apa yang patut diperhatikan tentang perayaan hari lahir yang disebutkan dalam Alkitab?

10, 11. Bagaimana pandangan orang Kristen masa awal tentang perayaan hari lahir, dan mengapa?

12. Mengapa dikatakan bahwa hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran?

13, 14. Apa sumber dari kebiasaan Paskah yang populer?

15. Apa asal usul Halloween, dan apa yang patut diperhatikan berkenaan dengan tanggal yang dipilih untuk merayakannya?

16, 17. (a) Mengapa pasangan Kristen yang berencana untuk menikah hendaknya memeriksa tata cara pernikahan setempat dengan bantuan prinsip-prinsip Alkitab? (b) Mengenai kebiasaan seperti menebarkan beras atau benda lain, apa yang harus dipikirkan orang Kristen?

18. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang hendaknya menjadi pedoman bagi pasangan yang merencanakan pesta pernikahan maupun para undangan?

19, 20. Apa yang dikatakan sebuah sumber sekuler tentang asal usul bersulang, dan mengapa kebiasaan ini tidak dapat diterima orang Kristen?

21. Meskipun mungkin tidak ada kaitannya dengan agama, perayaan populer apa yang akan dihindari seorang Kristen, dan mengapa?

22. Bilamana seorang Kristen akan memutuskan berdasarkan hati nuraninya apakah ia akan berpartisipasi dalam suatu perayaan atau tidak?

23, 24. Bagaimana kita dapat memberikan kesaksian yang baik tentang standar-standar Yehuwa yang adil-benar?

25, 26. Bagaimana orang tua dapat membantu anak-anak mereka bertumbuh dalam iman dan kasih kepada Yehuwa?

[Kotak/Gambar di hlm. 148, 149]

BOLEHKAH SAYA IKUT MERAYAKANNYA?

Prinsip: ”’Keluarlah dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah menyentuh perkara yang najis’; ’dan aku akan menerima kamu.’”—2 Korintus 6:17.

Pertanyaan untuk diri sendiri tentang perayaan atau kebiasaan yang populer

▪ Apakah perayaan itu jelas berasal dari kebiasaan atau ajaran agama palsu, termasuk spiritisme?—Yesaya 52:11; 1 Korintus 4:6; 2 Korintus 6:14-18; Penyingkapan 18:4.

▪ Apakah perayaan itu memberikan hormat atau sanjungan yang berlebihan kepada seorang manusia, suatu organisasi, atau lambang nasional?—Yeremia 17:5-7; Kisah 10:25, 26; 1 Yohanes 5:21.

▪ Apakah perayaan itu mengunggulkan satu bangsa atau kelompok etnik?—Kisah 10:34, 35; 17:26.

▪ Apakah perayaan itu mencerminkan ”roh dunia”, yang bertentangan dengan roh kudus Allah?—1 Korintus 2:12; Efesus 2:2.

▪ Dengan ikut merayakannya, apakah saya bisa membuat orang lain tersandung?—Roma 14:21.

▪ Kalau saya memilih untuk tidak ikut merayakannya, bagaimana saya akan menjelaskan alasannya dengan penuh respek?—Roma 12:1, 2; Kolose 4:6.

Ayat-ayat berikut bisa membantu menjawab pertanyaan tentang perayaan yang populer:

▪ ”[Orang-orang Israel yang tidak setia] membaur dengan bangsa-bangsa dan mempelajari pekerjaan-pekerjaannya.”—Mazmur 106:35.

▪ ”Orang yang setia dalam perkara kecil juga setia dalam perkara besar, dan orang yang tidak adil-benar dalam perkara kecil juga tidak adil-benar dalam perkara besar.”—Lukas 16:10.

▪ ”Kamu bukan bagian dari dunia.”—Yohanes 15:19.

▪ ”Kamu tidak dapat mengambil bagian dari ’meja Yehuwa’ dan juga meja hantu-hantu.”—1 Korintus 10:21.

▪ ”Selama waktu yang telah lewat kamu sudah cukup melakukan kehendak bangsa-bangsa, bertingkah laku bebas, bertindak dengan hawa nafsu, minum anggur dengan berlebihan, berpesta pora, melakukan perlombaan minum dan penyembahan berhala yang menyalahi hukum.”—1 Petrus 4:3.

[Kotak di hlm. 150]

HARI-HARI RAYA DAN SETANISME

  Menarik untuk memperhatikan bahwa hari yang paling penting dalam agama yang disebut Setanisme adalah hari lahir seseorang. Mengapa? Karena para penganutnya percaya bahwa setiap orang adalah allah kalau ia memang menganggap dirinya allah. Jadi, merayakan hari lahir seseorang berarti merayakan kelahiran suatu allah. Tentu, kebanyakan orang tidak memiliki pandangan yang sedemikian ekstrem dan muluk tentang dirinya. Meskipun demikian, buku The Lore of Birthdays mengatakan, ”Hari raya lain membesarkan hati, tetapi hari ulang tahun membesarkan ego.”

  Hari raya paling ”kudus” kedua pada penanggalan kaum Setanis adalah Malam Walpurga dan Halloween. Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary mendefinisikan Malam Walpurga sebagai ”malam May Day saat para tukang sihir konon mengadakan perjalanan menuju tempat pertemuan yang telah ditentukan”.

[Kotak di hlm. 156]

IBADAT SEJATI MENGHASILKAN SUKACITA TERBESAR

  Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, dan Ia menginginkan hamba-hamba-Nya bahagia. (1 Timotius 1:11) Fakta ini tercermin dalam ayat-ayat berikut:

”Orang yang gembira hati berpesta senantiasa.”—Amsal 15:15.

”Aku akhirnya tahu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi mereka daripada bersukacita dan berbuat baik selama hidupnya; dan juga bahwa setiap orang hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya. Itu pun pemberian Allah.”—Pengkhotbah 3:12, 13.

”Mengenai orang yang murah hati, ia akan memberi nasihat tentang kemurahan hati; dan demi kemurahan hati ia akan bangkit.”—Yesaya 32:8.

”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku [Yesus] akan menyegarkan kamu. . . . Karena kuk aku nyaman dan tanggunganku ringan.”—Matius 11:28, 30.

”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”—Yohanes 8:32.

”Hendaklah masing-masing [memberi] sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersukacita.”—2 Korintus 9:7.

”Buah roh adalah kasih, sukacita, damai, . . . kebaikan hati, kebaikan.”—Galatia 5:22.

”Buah dari terang terdiri dari setiap jenis kebaikan dan keadilbenaran serta kebenaran.”—Efesus 5:9.

[Kotak di hlm. 158, 159]

MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BIJAKSANA

  Kadang-kadang, timbul situasi yang menguji kasih kita kepada Yehuwa dan pemahaman kita akan prinsip-prinsip Alkitab. Sebagai contoh, seorang Kristen diajak oleh teman hidupnya yang tidak seiman untuk makan bersama sanak keluarga pada hari raya duniawi. Ada orang Kristen yang mungkin menerima ajakan tersebut dengan hati nurani yang bersih; yang lain, mungkin tidak. Jika seorang Kristen menerima ajakan tersebut, tindakannya harus menunjukkan bahwa ia tidak merayakan hari raya itu dan bahwa ia datang sekadar untuk makan bersama para kerabat.

  Tindakan berhikmat yang dapat diambil seorang Kristen ialah dengan penuh respek membicarakan hal itu sebelumnya dengan teman hidupnya. Ia bisa menjelaskan kemungkinan timbulnya perasaan tidak enak jika sanak keluarga melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hari raya itu sedangkan Saksi tersebut menolak berpartisipasi. Bisa jadi teman hidup yang tidak seiman akan memutuskan untuk berkunjung pada hari lain.—1 Petrus 3:15.

  Setelah mendengarkan penjelasan istrinya, bagaimana jika suami seorang wanita Kristen tetap berkeras agar istrinya menemaninya? Sang istri bisa bernalar bahwa sebagai kepala keluarga, suaminya memiliki tanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi keluarganya. (Kolose 3:18) Pada kesempatan ini, suami memenuhi tanggung jawabnya dengan mengatur untuk makan bersama sanak keluarga. Sang istri mungkin bahkan bisa memberikan kesaksian yang baik pada kesempatan itu. Makanan tidak menjadi cemar hanya karena dimakan pada hari raya duniawi. (1 Korintus 8:8) Seorang Kristen akan menganggapnya sebagai jamuan makan biasa dan tidak ikut memberikan ucapan selamat, bernyanyi, bersulang, dan sebagainya.

  Faktor lain yang perlu dipikirkan adalah dampak dari kehadirannya atas orang lain. Seorang istri Kristen hendaknya mempertimbangkan kemungkinan bahwa orang yang mendengar tentang kunjungannya kepada kerabat duniawinya pada hari itu bisa tersandung.—1 Korintus 8:9; 10:23, 24.

  Di samping itu, apakah keluarga akan menekan istri Kristen itu agar berkompromi? Keinginan untuk menghindari perasaan tidak enak bisa sangat kuat pengaruhnya! Maka, penting bagi istri Kristen tersebut untuk memikirkan hal itu sebelumnya dengan saksama, mempertimbangkan semua faktor di atas, tentu, termasuk hati nuraninya sendiri sebagai orang Kristen.—Kisah 24:16.

Bolehkah Saya Menerima Bonus Natal?

  Pada waktu Natal, majikan seorang Kristen mungkin memberikan hadiah atau bonus. Apakah orang Kristen itu harus menolaknya? Tidak selalu. Sang majikan mungkin bahkan tidak berpikir bahwa dengan menerima bonus itu si penerima merayakan Natal. Sang majikan mungkin hanya memberikan sebagian keuntungan perusahaan kepada semua karyawannya. Atau, bonus itu adalah tanda terima kasih atas jasa yang diberikan sepanjang tahun dan juga merupakan insentif agar karyawan terus bekerja dengan baik. Sang majikan mungkin memberikan hadiah kepada semua karyawan—orang Yahudi, Muslim, atau yang lain—entah mereka merayakan Natal atau tidak. Jadi, fakta bahwa hadiah itu diberikan pada hari-hari raya atau dikaitkan dengan suatu hari raya tidak perlu dijadikan alasan seorang Saksi Yehuwa tidak boleh menerimanya.

  Sekalipun hadiah itu diberikan dengan alasan hari raya agama, tidak berarti si penerima dianggap memiliki pandangan keagamaan yang sama. Seorang rekan sekerja atau kerabat mungkin mengatakan kepada seorang Saksi, ”Saya tahu kamu tidak merayakan hari raya ini, tetapi saya tetap menginginkan kamu menerima hadiah saya ini.” Jika hati nurani orang Kristen itu tidak terganggu, ia bisa memutuskan untuk menerima hadiah tersebut dan mengucapkan terima kasih tanpa menyinggung hari raya itu. (Kisah 23:1) Mungkin pada kesempatan lain, orang Kristen tersebut dapat dengan bijaksana menjelaskan pendiriannya, sewaktu keadaannya cocok sehingga si pemberi tidak akan tersinggung.

  Tetapi, bagaimana kalau si pemberi hadiah jelas ingin membuktikan bahwa iman orang Kristen itu tidak kuat atau bahwa ia akan berkompromi demi keuntungan materi? Kalau begitu, yang terbaik tentu adalah menolak hadiah itu. Yang pasti, kita ingin memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Allah Yehuwa.—Matius 4:8-10.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar