”Teruslah
pastikan apa yang diperkenan Tuan.”—EFESUS 5:10.
”PARA penyembah yang benar,” kata Yesus, ”akan
menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran, karena, sesungguhnya, Bapak mencari
orang-orang yang seperti itu supaya mereka menyembah dia.” (Yohanes 4:23) Pada
waktu Yehuwa menemukan orang-orang seperti itu—sebagaimana Ia menemukan Saudara—Ia
menarik mereka kepada-Nya dan kepada Putra-Nya. (Yohanes 6:44) Benar-benar
suatu kehormatan! Tetapi, para pencinta kebenaran Alkitab harus ’terus
memastikan apa yang diperkenan Tuan’, sebab Setan adalah penipu ulung.—Efesus
5:10; Penyingkapan 12:9.
2 Perhatikan apa yang terjadi di dekat
Gunung Sinai ketika orang Israel meminta Harun membuatkan suatu allah
untuk mereka. Harun dengan berat hati menuruti keinginan mereka, lalu membuat
sebuah anak lembu emas tetapi dia secara tidak langsung menyatakan bahwa patung
itu melambangkan Yehuwa. ”Besok ada perayaan bagi Yehuwa,” katanya. Apakah
Yehuwa bersikap masa bodoh terhadap peleburan agama yang sejati dengan yang
palsu? Tidak. Atas perintah-Nya, kira-kira tiga ribu penyembah berhala dibunuh.
(Keluaran 32:1-6, 10, 28) Hikmahnya? Jika kita ingin tetap berada dalam
kasih Allah, kita tidak boleh ”menyentuh apa pun yang najis” dan harus dengan
sungguh-sungguh menjaga kebenaran tetap bersih dari unsur apa pun yang bersifat
merusak.—Yesaya 52:11; Yehezkiel 44:23; Galatia 5:9.
3 Sayang sekali, setelah kematian para
rasul, yang menjadi penahan kemurtadan, orang Kristen palsu yang tidak
mengasihi kebenaran mulai mengadopsi berbagai kebiasaan, perayaan, dan hari
raya kafir, yang mereka beri label Kristen. (2 Tesalonika 2:7, 10)
Kalau Saudara perhatikan, beberapa perayaan tersebut tidak mencerminkan roh
Allah, tetapi roh dunia. Umumnya, berbagai perayaan duniawi memiliki kesamaan,
yaitu memikat keinginan daging dan mendukung kepercayaan agama palsu serta
spiritisme—ciri khas ”Babilon Besar”. (Penyingkapan 18:2-4, 23) Ingatlah
juga bahwa Yehuwa melihat sendiri praktek-praktek agama kafir yang menjijikkan
yang menjadi sumber dari banyak kebiasaan populer. Tidak diragukan, dewasa ini
pun Ia merasa jijik terhadap perayaan-perayaan seperti itu. Tidakkah kita
seharusnya menganggap pandangan-Nya tersebut sangat penting?—2 Yohanes 6, 7.
4 Sebagai orang Kristen sejati, kita
tahu bahwa perayaan-perayaan tertentu tidak menyenangkan Yehuwa. Tetapi, kita
harus memiliki tekad kuat dalam hati untuk tidak merayakannya sama sekali.
Tinjauan kembali tentang alasan Yehuwa tidak senang dengan perayaan seperti itu
akan memperkuat tekad kita untuk menghindari apa pun yang bisa menghalangi kita
tetap berada dalam kasih Allah.
NATAL—NAMA BARU UNTUK
PENYEMBAHAN MATAHARI
5 Alkitab tidak menyebutkan perayaan
hari lahir untuk Yesus. Malah, tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti.
Tetapi, kita dapat yakin bahwa ia tidak lahir pada tanggal 25 Desember di
musim dingin di bagian dunia tersebut. Karena menurut catatan Lukas, ketika
Yesus dilahirkan, ”ada gembala-gembala yang tinggal di tempat terbuka” yang
sedang menjaga kambing-domba mereka. (Lukas 2:8-11) Seandainya mereka biasa ”tinggal
di tempat terbuka” sepanjang tahun, keterangan itu tidak penting. Tetapi,
karena di Betlehem ada banyak hujan dan salju selama musim dingin, kawanan
ternak dibawa ke penaungan dan para gembala tidak mungkin ”tinggal di tempat
terbuka”. Selain itu, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem karena Kaisar Agustus
memerintahkan sensus penduduk. (Lukas 2:1-7) Sangat kecil kemungkinannya Kaisar
akan memerintahkan rakyat yang sudah merasa kesal terhadap pemerintah Romawi
untuk mengadakan perjalanan ke kota leluhur mereka pada saat yang paling dingin
di musim dingin.
6 Natal tidak berasal dari Alkitab,
tetapi dari perayaan-perayaan kafir kuno, seperti Saturnalia, yang dirayakan
orang Romawi untuk Saturnus, dewa pertanian. Di samping itu, menurut
perhitungan mereka, pada tanggal 25 Desember para penyembah Dewa Mitra
merayakan ”hari lahir matahari yang tak terkalahkan”, kata New Catholic
Encyclopedia. ”Natal mulai dirayakan pada masa manakala sekte matahari
sangat berpengaruh di Roma”, sekitar tiga abad setelah kematian Kristus.
7 Selama perayaan mereka, orang kafir
bertukar hadiah dan mengadakan jamuan makan besar—kebiasaan yang dipertahankan
dalam Natal. Tetapi, sama seperti sekarang, pemberian hadiah pada musim
perayaan pada zaman Romawi itu kebanyakan tidak diberikan dengan semangat 2 Korintus
9:7, yang menyatakan, ”Hendaklah masing-masing melakukan sebagaimana yang telah
ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena
Allah mengasihi pemberi yang bersukacita.” Orang Kristen sejati memberi
berdasarkan kasih, tanpa terikat pada tanggal-tanggal tertentu, dan tidak
mengharapkan balasan. (Lukas 14:12-14; Kisah 20:35) Selain itu, mereka sangat
bersyukur karena telah dibebaskan dari histeria Natal dan utang finansial yang
sangat membebani banyak orang pada saat-saat tersebut.—Matius 11:28-30; Yohanes
8:32.
8 Tetapi, ada yang mungkin menyatakan, ”Bukankah
para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir?” Tidak. Hadiah yang
mereka berikan hanyalah suatu cara untuk menyatakan hormat kepada seseorang
yang penting, suatu kebiasaan yang umum pada zaman Alkitab. (1 Raja 10:1,
2, 10, 13; Matius 2:2, 11) Malah, mereka tidak datang pada malam
kelahiran Yesus. Pada waktu mereka tiba, Yesus sudah bukan bayi yang ditidurkan
di palungan, melainkan sudah berumur beberapa bulan dan tinggal di sebuah
rumah.
HARI LAHIR MENURUT
ALKITAB
9 Meskipun kelahiran bayi selalu sangat
membahagiakan, Alkitab tidak menyebutkan ada hamba Allah yang merayakan hari
lahirnya. (Mazmur 127:3) Apakah hal ini mungkin terlupakan? Tidak, karena
Alkitab menyebutkan dua perayaan hari lahir—yang diadakan oleh seorang Firaun
Mesir dan Herodes Antipas. (Kejadian 40:20-22; Markus 6:21-29) Tetapi, kedua
peristiwa itu meninggalkan kesan buruk—terutama yang terakhir, yang menyebabkan
Yohanes Pembaptis dipancung.
10 Menurut The World Book
Encyclopedia, ”Orang Kristen masa awal menganggap perayaan kelahiran
sebagai kebiasaan kafir.” Orang Yunani zaman dulu, misalnya, percaya bahwa
setiap orang mempunyai roh pelindung yang menungguinya sewaktu dia lahir dan
setelah itu menjaga dia. Roh itu ”mempunyai hubungan mistis dengan dewa yang
hari kelahirannya sama dengan orang tersebut”, kata buku The Lore
of Birthdays. Di samping itu, selama berabad-abad hari lahir
dikaitkan dengan astrologi dan horoskop.
11 Hamba-hamba Allah pada zaman dulu
menolak kebiasaan yang berkaitan dengan hari lahir selain karena berasal dari
kekafiran dan terkait dengan spiritisme, kemungkinan besar juga karena
prinsip-prinsip yang mereka anut. Mengapa demikian? Mereka adalah pria dan
wanita sederhana yang tidak menganggap kelahiran mereka di dunia sedemikian pentingnya
sehingga harus dirayakan. (Mikha 6:8; Lukas 9:48) Sebaliknya, mereka memuliakan
Yehuwa dan bersyukur kepada-Nya atas karunia kehidupan yang berharga.—Mazmur
8:3, 4; 36:9; Penyingkapan 4:11.
12 Semua orang yang mati setia akan aman
dalam ingatan Allah, dan kehidupan mereka di masa depan terjamin. (Ayub 14:14, 15)
Pengkhotbah 7:1 mengatakan, ”Sebuah nama lebih baik daripada minyak yang baik,
dan hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran.” ”Nama” adalah reputasi
yang baik di hadapan Allah yang kita peroleh karena melayani-Nya dengan setia.
Patut diperhatikan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk merayakan satu
peristiwa saja, yang justru tidak berkaitan dengan kelahiran, tetapi dengan
kematian—yaitu kematian Yesus, yang memiliki ”nama” yang unggul dan sangat
penting untuk keselamatan kita.—Lukas 22:17-20; Ibrani 1:3, 4.
PASKAH—PEMUJAAN KESUBURAN YANG
TERSELUBUNG
13 Paskah, yang dimasyarakatkan sebagai
perayaan kebangkitan Kristus, sebenarnya bersumber dari agama palsu. Kata
bahasa Inggris untuk Paskah, yaitu Easter, ada kaitannya dengan Eostre,
atau Ostara, yaitu dewi fajar dan musim semi orang Anglo-Saxon. Dan, bagaimana
telur dan kelinci sampai digunakan dalam Paskah? Telur ”dikenal sebagai lambang
kehidupan baru dan kebangkitan”, kata Encyclopædia Britannica,
sedangkan kelinci sudah lama digunakan sebagai lambang kesuburan. Karena itu,
Paskah sebenarnya adalah ritus kesuburan bertopeng perayaan kebangkitan
Kristus.
14 Apakah Yehuwa berkenan jika ritus
kesuburan yang menjijikkan digunakan untuk memperingati kebangkitan Putra-Nya?
Tentu saja tidak! (2 Korintus 6:17, 18) Sesungguhnya, Alkitab sama
sekali tidak pernah memerintahkan atau menyetujui perayaan memperingati
kebangkitan Yesus. Jadi, merayakan dan memberinya label Paskah adalah tindakan
yang sangat tidak loyal.
ASAL USUL HALLOWEEN
15 Halloween, yang dirayakan pada
tanggal 31 Oktober dan dikenal dengan tukang sihirnya, peri jahatnya, dan
dekorasi serta pernak-pernik lain yang aneh-aneh, berasal dari orang Kelt kuno
di Inggris dan Irlandia. Pada waktu bulan purnama yang terdekat dengan tanggal
1 November, mereka merayakan festival Samhain, yang artinya ”Akhir Musim
Panas”. Mereka percaya bahwa pada waktu Samhain, tirai antara manusia dan dunia
supernatural dibuka dan roh-roh yang baik dan jahat berkeliaran di bumi.
Jiwa-jiwa orang mati konon kembali ke rumah mereka, dan keluarga-keluarga
menyajikan makanan dan minuman untuk tamu-tamu mereka dari alam roh untuk
menenangkan mereka. Dewasa ini, anak-anak berpakaian seperti hantu atau tukang
sihir lalu pergi dari rumah ke rumah meminta permen, dan kalau tidak diberi,
mereka mengancam akan melakukan kejahilan. Tanpa disadari, mereka sesungguhnya
melestarikan ritus Samhain.
JAUHKAN ACARA PERNIKAHAN
SAUDARA DARI KECEMARAN
16 Tidak lama lagi, ”suara pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan pernah terdengar lagi di dalam
[Babilon Besar]”. (Penyingkapan 18:23) Mengapa? Salah satu penyebabnya adalah
praktek-praktek spiritismenya, yang dapat mencemari sebuah perkawinan sejak
hari pernikahan.—Markus 10:6-9.
17 Tata cara pernikahan di setiap negeri
tidak sama. Ada yang mungkin kelihatannya tidak salah padahal bisa jadi
bersumber dari kebiasaan ala Babilon yang konon akan mendatangkan keberuntungan
atas mempelai atau tamu-tamu mereka. (Yesaya 65:11) Salah satu tradisi ialah
menebarkan beras atau benda lain, seperti guntingan kertas berwarna. Kebiasaan
ini mungkin bersumber dari kepercayaan bahwa makanan bisa menenangkan roh jahat
dan mencegah mereka agar tidak mencelakai pengantin wanita dan pria. Selain
itu, beras sudah lama memiliki kaitan mistis dengan kesuburan, kebahagiaan, dan
umur panjang. Jelaslah, semua orang yang ingin tetap berada dalam kasih Allah
akan menjauhi kebiasaan yang cemar semacam itu.—2 Korintus 6:14-18.
18 Hamba-hamba Yehuwa juga menjauhi
kebiasaan duniawi yang bisa membuat upacara dan resepsi pernikahan kehilangan
martabat Kristen atau bisa mengganggu hati nurani orang lain. Misalnya, sewaktu
menyampaikan khotbah atau kata sambutan, mereka menghindari kata-kata yang
menyinggung perasaan atau berbau seksual dan lelucon atau pernyataan yang bisa
mempermalukan pasangan yang baru menikah dan orang lain. (Amsal 26:18, 19;
Lukas 6:31; 10:27) Mereka juga tidak akan mengadakan resepsi mewah bak cerita
dongeng yang merupakan ”pameran sarana kehidupan seseorang”, dan tidak
mencerminkan kesahajaan. (1 Yohanes 2:16) Jika Saudara berencana untuk
menikah, jangan sekali-kali lupa bahwa Yehuwa ingin agar Saudara selalu bisa
mengenang hari istimewa Saudara dengan penuh sukacita, bukan dengan penyesalan.
BERSULANG—BERKAITAN DENGAN AGAMA?
19 Kebiasaan umum pada pesta pernikahan
dan acara ramah tamah lainnya ialah bersulang. Menurut International Handbook
on Alcohol and Culture tahun 1995, ”Bersulang . . .
boleh jadi merupakan kebiasaan sekuler, sisa-sisa dari upacara keagamaan zaman
dahulu untuk mempersembahkan minuman kudus kepada para dewa . . .
sebagai ganti permohonan, doa yang diringkas dengan kata-kata ’semoga panjang
umur!’ atau ’demi kesehatan Anda!’”
20 Memang, banyak orang mungkin tidak
berpikir bahwa bersulang ada kaitannya dengan agama atau takhayul. Tetapi,
kebiasaan mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi bisa dipandang sebagai
permohonan kepada ”surga”—kekuatan adimanusiawi—untuk memperoleh berkat dengan
cara yang tidak selaras dengan uraian Alkitab.—Yohanes 14:6; 16:23.
”HAI, ORANG-ORANG YANG
MENGASIHI YEHUWA, BENCILAH APA YANG JAHAT”
21 Sebagai cerminan dari standar dunia
dewasa ini yang semakin merosot tajam—tren yang secara langsung atau pun tidak
langsung digalakkan oleh Babilon Besar—beberapa negeri mensponsori karnaval
tahunan atau Mardi Gras, yaitu perayaan yang bercirikan tarian yang cabul dan
yang mungkin bahkan mengelu-elukan gaya hidup kaum homoseksual dan lesbian.
Apakah pantas bagi orang ”yang mengasihi Yehuwa” untuk menghadiri atau menonton
acara seperti itu? Dengan melakukan hal itu, apakah ia menunjukkan bahwa ia
benar-benar membenci apa yang jahat? (Mazmur 1:1, 2; 97:10) Betapa jauh
lebih baik untuk meniru sikap pemazmur yang berdoa, ”Palingkanlah mataku agar
tidak melihat apa yang tidak berguna”!—Mazmur 119:37.
22 Pada hari-hari raya duniawi, seorang
Kristen akan berhati-hati agar tindakannya tidak memberi kesan kepada orang lain
bahwa ia ikut merayakannya. Paulus menulis, ”Jika kamu makan atau minum atau
melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan
Allah.” (1 Korintus 10:31; lihat kotak ”Membuat Keputusan yang
Bijaksana”, di halaman 158-9.) Sebaliknya, jika suatu kebiasaan atau
perayaan jelas-jelas tidak mengandung makna agama palsu, bukan bagian dari
perayaan politis atau patriotik, dan tidak melanggar prinsip-prinsip Alkitab,
setiap orang Kristen bisa membuat keputusan pribadi apakah ia akan ikut
merayakannya atau tidak. Dan, ia akan memikirkan perasaan orang lain agar tidak
menjadi sandungan.
MULIAKAN ALLAH DENGAN
PERKATAAN DAN PERBUATAN
23 Banyak orang memandang hari-hari raya
tertentu yang populer terutama sebagai kesempatan bagi keluarga dan sahabat
untuk berkumpul. Jadi, kalau ada yang memiliki anggapan yang keliru bahwa
pendirian kita yang berdasarkan Alkitab itu tidak pengasih atau ekstrem, kita
dapat dengan ramah menjelaskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menghargai acara
kumpul-kumpul yang sehat bersama keluarga dan sahabat. (Amsal 11:25;
Pengkhotbah 3:12, 13; 2 Korintus 9:7) Kita menikmati kebersamaan
dengan orang-orang yang kita cintai sepanjang tahun, tetapi, karena mengasihi
Allah dan standar-standar-Nya yang adil-benar, kita tidak ingin menodai acara
yang menyenangkan seperti itu dengan kebiasaan yang menyakiti hati-Nya.—Lihat
kotak ”Ibadat Sejati Menghasilkan Sukacita Terbesar”, di halaman 156.
24 Ada Saksi yang memperoleh hasil baik
sewaktu menyampaikan pokok-pokok dalam pasal 16 buku Apa yang
Sebenarnya Alkitab Ajarkan kepada orang-orang yang
bertanya dengan tulus. Tetapi, ingatlah bahwa tujuan kita ialah memenangkan
hati, bukan argumen. Maka, perlihatkan respek, tetaplah bersikap lembut, dan ”hendaklah
ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam”.—Kolose 4:6.
25 Sebagai hamba Yehuwa, kita adalah
umat yang terdidik. Kita tahu mengapa kita mempercayai, melakukan, dan menjauhi
hal-hal tertentu. (Ibrani 5:14) Maka, orang tua, ajarlah anak-anak Saudara
bernalar berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan begitu, Saudara membina
iman mereka, Saudara membantu mereka memberikan jawaban berdasarkan Alkitab
kepada orang yang mempertanyakan kepercayaan mereka, dan Saudara meyakinkan
mereka bahwa Yehuwa mengasihi mereka.—Yesaya 48:17, 18; 1 Petrus
3:15.
26 Semua orang yang menyembah Allah ”dengan
roh dan kebenaran” tidak hanya menghindari perayaan yang tidak sesuai dengan
Alkitab tetapi juga berusaha keras untuk jujur dalam setiap aspek kehidupan.
Dewasa ini, banyak orang menganggap kejujuran tidak praktis. Tetapi,
sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut, jalan-jalan Allah selalu yang
terbaik.
[Catatan Kaki]
Lihat kotak ”Bolehkah Saya Ikut Merayakannya?”
di halaman 148-9. Sejumlah hari raya dan perayaan spesifik disebutkan
dalam Indeks Publikasi Menara Pengawal, diterbitkan
oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Berdasarkan kronologi Alkitab dan sejarah
sekuler, Yesus mungkin lahir pada tahun 2 SM di bulan Etanim penanggalan
Yahudi, yang jatuh pada bulan September/Oktober penanggalan kita sekarang.—Lihat
Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1251-2, diterbitkan oleh
Saksi-Saksi Yehuwa.
Lihat kotak ”Hari-Hari Raya dan Setanisme”,
di halaman 150.
Perjanjian Hukum menuntut agar seorang wanita
memberikan persembahan dosa kepada Allah setelah ia melahirkan. (Imamat 12:1-8)
Tuntutan hukum ini merupakan pengingat yang menyedihkan bahwa manusia
meneruskan dosa kepada anak mereka, sehingga membantu orang Israel memiliki
pandangan yang seimbang tentang kelahiran seorang anak dan bisa jadi membuat
mereka tidak mengadopsi kebiasaan kafir yang berkaitan dengan hari lahir.—Mazmur
51:5.
Paskah juga dikaitkan dengan penyembahan dewi
kesuburan orang Fenisia, yaitu Astarte, yang simbolnya adalah telur dan
kelinci. Dewi Astarte digambarkan dalam beragam patung dengan organ-organ seks
yang dibesar-besarkan atau dengan seekor kelinci di sampingnya dan sebutir
telur di tangannya.
Lihat tiga artikel tentang pesta pernikahan
dan pertemuan ramah tamah dalam Menara Pengawal 15 Oktober
2006, halaman 18-31.
Lihat Menara Pengawal 15 Februari
2007, halaman 30-1.
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
[Pertanyaan Pelajaran]
1.
Orang-orang seperti apa yang Yehuwa tarik kepada-Nya, dan mengapa mereka harus
tetap waspada secara rohani?
2.
Jelaskan bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencoba melebur agama yang
sejati dengan yang palsu.
3, 4. Mengapa kita harus memperhatikan baik-baik
prinsip Alkitab sewaktu memeriksa kebiasaan dan perayaan yang populer?
5.
Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember?
6, 7. (a) Apa asal usul banyak kebiasaan
Natal? (b) Apa bedanya pemberian hadiah pada waktu Natal dan pemberian
dari orang Kristen?
8.
Apakah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir? Jelaskan.
9. Apa
yang patut diperhatikan tentang perayaan hari lahir yang disebutkan dalam
Alkitab?
10, 11. Bagaimana pandangan orang Kristen
masa awal tentang perayaan hari lahir, dan mengapa?
12. Mengapa dikatakan bahwa hari kematian
lebih baik daripada hari kelahiran?
13, 14. Apa sumber dari kebiasaan Paskah yang
populer?
15. Apa asal usul Halloween, dan apa
yang patut diperhatikan berkenaan dengan tanggal yang dipilih untuk
merayakannya?
16, 17. (a) Mengapa pasangan Kristen yang
berencana untuk menikah hendaknya memeriksa tata cara pernikahan setempat
dengan bantuan prinsip-prinsip Alkitab? (b) Mengenai kebiasaan seperti
menebarkan beras atau benda lain, apa yang harus dipikirkan orang Kristen?
18. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang
hendaknya menjadi pedoman bagi pasangan yang merencanakan pesta pernikahan
maupun para undangan?
19, 20. Apa yang dikatakan sebuah sumber
sekuler tentang asal usul bersulang, dan mengapa kebiasaan ini tidak dapat
diterima orang Kristen?
21. Meskipun mungkin tidak ada kaitannya
dengan agama, perayaan populer apa yang akan dihindari seorang Kristen, dan
mengapa?
22. Bilamana seorang Kristen akan memutuskan
berdasarkan hati nuraninya apakah ia akan berpartisipasi dalam suatu perayaan
atau tidak?
23, 24. Bagaimana kita dapat memberikan
kesaksian yang baik tentang standar-standar Yehuwa yang adil-benar?
25, 26. Bagaimana orang tua dapat membantu
anak-anak mereka bertumbuh dalam iman dan kasih kepada Yehuwa?
[Kotak/Gambar di hlm. 148, 149]
BOLEHKAH SAYA IKUT
MERAYAKANNYA?
Prinsip: ”’Keluarlah dari
antara mereka, dan pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah menyentuh
perkara yang najis’; ’dan aku akan menerima kamu.’”—2 Korintus 6:17.
Pertanyaan untuk diri
sendiri tentang perayaan atau kebiasaan yang
populer
▪ Apakah perayaan itu jelas berasal dari
kebiasaan atau ajaran agama palsu, termasuk spiritisme?—Yesaya 52:11; 1 Korintus
4:6; 2 Korintus 6:14-18; Penyingkapan 18:4.
▪ Apakah perayaan itu memberikan hormat atau
sanjungan yang berlebihan kepada seorang manusia, suatu organisasi, atau
lambang nasional?—Yeremia 17:5-7; Kisah 10:25, 26; 1 Yohanes 5:21.
▪ Apakah perayaan itu mengunggulkan satu
bangsa atau kelompok etnik?—Kisah 10:34, 35; 17:26.
▪ Apakah perayaan itu mencerminkan ”roh dunia”,
yang bertentangan dengan roh kudus Allah?—1 Korintus 2:12; Efesus 2:2.
▪ Dengan ikut merayakannya, apakah saya bisa
membuat orang lain tersandung?—Roma 14:21.
▪ Kalau saya memilih untuk tidak ikut
merayakannya, bagaimana saya akan menjelaskan alasannya dengan penuh respek?—Roma
12:1, 2; Kolose 4:6.
Ayat-ayat berikut bisa
membantu menjawab pertanyaan tentang perayaan
yang populer:
▪ ”[Orang-orang Israel yang tidak setia]
membaur dengan bangsa-bangsa dan mempelajari pekerjaan-pekerjaannya.”—Mazmur
106:35.
▪ ”Orang yang setia dalam perkara kecil juga
setia dalam perkara besar, dan orang yang tidak adil-benar dalam perkara kecil
juga tidak adil-benar dalam perkara besar.”—Lukas 16:10.
▪ ”Kamu bukan bagian dari dunia.”—Yohanes
15:19.
▪ ”Kamu tidak dapat mengambil bagian dari ’meja
Yehuwa’ dan juga meja hantu-hantu.”—1 Korintus 10:21.
▪ ”Selama waktu yang telah lewat kamu sudah
cukup melakukan kehendak bangsa-bangsa, bertingkah laku bebas, bertindak dengan
hawa nafsu, minum anggur dengan berlebihan, berpesta pora, melakukan perlombaan
minum dan penyembahan berhala yang menyalahi hukum.”—1 Petrus 4:3.
[Kotak di hlm. 150]
HARI-HARI RAYA DAN
SETANISME
Menarik untuk memperhatikan bahwa hari yang paling penting dalam agama
yang disebut Setanisme adalah hari lahir seseorang. Mengapa? Karena para
penganutnya percaya bahwa setiap orang adalah allah kalau ia memang menganggap
dirinya allah. Jadi, merayakan hari lahir seseorang berarti merayakan kelahiran
suatu allah. Tentu, kebanyakan orang tidak memiliki pandangan yang sedemikian
ekstrem dan muluk tentang dirinya. Meskipun demikian, buku The Lore
of Birthdays mengatakan, ”Hari raya lain membesarkan hati, tetapi
hari ulang tahun membesarkan ego.”
Hari raya paling ”kudus” kedua pada penanggalan kaum Setanis adalah
Malam Walpurga dan Halloween. Merriam-Webster’s Collegiate
Dictionary mendefinisikan Malam Walpurga sebagai ”malam May Day
saat para tukang sihir konon mengadakan perjalanan menuju tempat pertemuan yang
telah ditentukan”.
[Kotak di hlm. 156]
IBADAT SEJATI MENGHASILKAN
SUKACITA TERBESAR
Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, dan Ia menginginkan hamba-hamba-Nya
bahagia. (1 Timotius 1:11) Fakta ini tercermin dalam ayat-ayat berikut:
”Orang
yang gembira hati berpesta senantiasa.”—Amsal 15:15.
”Aku
akhirnya tahu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi mereka daripada bersukacita
dan berbuat baik selama hidupnya; dan juga bahwa setiap orang hendaknya makan
dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya.
Itu pun pemberian Allah.”—Pengkhotbah 3:12, 13.
”Mengenai
orang yang murah hati, ia akan memberi nasihat tentang kemurahan hati; dan demi
kemurahan hati ia akan bangkit.”—Yesaya 32:8.
”Marilah
kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat,
dan aku [Yesus] akan menyegarkan kamu. . . . Karena kuk aku nyaman
dan tanggunganku ringan.”—Matius 11:28, 30.
”Kamu
akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”—Yohanes
8:32.
”Hendaklah
masing-masing [memberi] sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak
dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang
bersukacita.”—2 Korintus 9:7.
”Buah
roh adalah kasih, sukacita, damai, . . . kebaikan hati, kebaikan.”—Galatia
5:22.
”Buah
dari terang terdiri dari setiap jenis kebaikan dan keadilbenaran serta
kebenaran.”—Efesus 5:9.
[Kotak di hlm. 158, 159]
MEMBUAT KEPUTUSAN YANG
BIJAKSANA
Kadang-kadang, timbul situasi yang menguji kasih kita kepada Yehuwa dan
pemahaman kita akan prinsip-prinsip Alkitab. Sebagai contoh, seorang Kristen
diajak oleh teman hidupnya yang tidak seiman untuk makan bersama sanak keluarga
pada hari raya duniawi. Ada orang Kristen yang mungkin menerima ajakan tersebut
dengan hati nurani yang bersih; yang lain, mungkin tidak. Jika seorang Kristen
menerima ajakan tersebut, tindakannya harus menunjukkan bahwa ia tidak
merayakan hari raya itu dan bahwa ia datang sekadar untuk makan bersama para
kerabat.
Tindakan berhikmat yang dapat diambil seorang Kristen ialah dengan penuh
respek membicarakan hal itu sebelumnya dengan teman hidupnya. Ia bisa
menjelaskan kemungkinan timbulnya perasaan tidak enak jika sanak keluarga
melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hari raya itu sedangkan Saksi
tersebut menolak berpartisipasi. Bisa jadi teman hidup yang tidak seiman akan
memutuskan untuk berkunjung pada hari lain.—1 Petrus 3:15.
Setelah mendengarkan penjelasan istrinya, bagaimana jika suami seorang
wanita Kristen tetap berkeras agar istrinya menemaninya? Sang istri bisa
bernalar bahwa sebagai kepala keluarga, suaminya memiliki tanggung jawab untuk
menyediakan makanan bagi keluarganya. (Kolose 3:18) Pada kesempatan ini, suami
memenuhi tanggung jawabnya dengan mengatur untuk makan bersama sanak keluarga.
Sang istri mungkin bahkan bisa memberikan kesaksian yang baik pada kesempatan
itu. Makanan tidak menjadi cemar hanya karena dimakan pada hari raya duniawi.
(1 Korintus 8:8) Seorang Kristen akan menganggapnya sebagai jamuan makan
biasa dan tidak ikut memberikan ucapan selamat, bernyanyi, bersulang, dan
sebagainya.
Faktor lain yang perlu dipikirkan adalah dampak dari kehadirannya atas
orang lain. Seorang istri Kristen hendaknya mempertimbangkan kemungkinan bahwa
orang yang mendengar tentang kunjungannya kepada kerabat duniawinya pada hari
itu bisa tersandung.—1 Korintus 8:9; 10:23, 24.
Di samping itu, apakah keluarga akan menekan istri Kristen itu agar
berkompromi? Keinginan untuk menghindari perasaan tidak enak bisa sangat kuat
pengaruhnya! Maka, penting bagi istri Kristen tersebut untuk memikirkan hal itu
sebelumnya dengan saksama, mempertimbangkan semua faktor di atas, tentu,
termasuk hati nuraninya sendiri sebagai orang Kristen.—Kisah 24:16.
Bolehkah Saya Menerima
Bonus Natal?
Pada waktu Natal, majikan seorang Kristen mungkin memberikan hadiah atau
bonus. Apakah orang Kristen itu harus menolaknya? Tidak selalu. Sang majikan
mungkin bahkan tidak berpikir bahwa dengan menerima bonus itu si penerima
merayakan Natal. Sang majikan mungkin hanya memberikan sebagian keuntungan
perusahaan kepada semua karyawannya. Atau, bonus itu adalah tanda terima kasih
atas jasa yang diberikan sepanjang tahun dan juga merupakan insentif agar
karyawan terus bekerja dengan baik. Sang majikan mungkin memberikan hadiah
kepada semua karyawan—orang Yahudi, Muslim, atau yang lain—entah mereka
merayakan Natal atau tidak. Jadi, fakta bahwa hadiah itu diberikan pada
hari-hari raya atau dikaitkan dengan suatu hari raya tidak perlu dijadikan
alasan seorang Saksi Yehuwa tidak boleh menerimanya.
Sekalipun hadiah itu diberikan dengan alasan hari raya agama, tidak
berarti si penerima dianggap memiliki pandangan keagamaan yang sama. Seorang
rekan sekerja atau kerabat mungkin mengatakan kepada seorang Saksi, ”Saya tahu
kamu tidak merayakan hari raya ini, tetapi saya tetap menginginkan kamu
menerima hadiah saya ini.” Jika hati nurani orang Kristen itu tidak terganggu,
ia bisa memutuskan untuk menerima hadiah tersebut dan mengucapkan terima kasih
tanpa menyinggung hari raya itu. (Kisah 23:1) Mungkin pada kesempatan lain,
orang Kristen tersebut dapat dengan bijaksana menjelaskan pendiriannya, sewaktu
keadaannya cocok sehingga si pemberi tidak akan tersinggung.
Tetapi, bagaimana kalau si pemberi hadiah jelas ingin membuktikan bahwa
iman orang Kristen itu tidak kuat atau bahwa ia akan berkompromi demi
keuntungan materi? Kalau begitu, yang terbaik tentu adalah menolak hadiah itu.
Yang pasti, kita ingin memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Allah
Yehuwa.—Matius 4:8-10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar