Halaman

Senin, 18 November 2013

Kebenaran tentang Natal


 

APAKAH Anda memandang penting kebenaran rohani? Jika ya, mungkin Anda pernah mempertanyakan hal-hal ini: (1) Apakah Yesus memang lahir pada tanggal 25 Desember? (2) Siapakah ”orang-orang majus” dan apakah jumlahnya memang tiga orang? (3) ”Bintang” apa yang mengarahkan mereka kepada Yesus? (4) Apa hubungan Sinterklas dengan Yesus dan kelahirannya? (5) Bagaimana pandangan Allah tentang kebiasaan memberi hadiah atau, lebih tepatnya, tukar-menukar hadiah pada waktu Natal?

Sekarang, mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan Alkitab dan fakta sejarah.
(1) Apakah Yesus Lahir pada Tanggal 25 Desember?

Kebiasaan: Menurut tradisi, kelahiran Yesus terjadi dan dirayakan pada 25 Desember. Ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa Natal adalah pesta peringatan hari kelahiran Yesus di Betlehem.

Asal usulnya: ”Proses penetapan tanggal 25 Desember tidak berdasarkan Alkitab,” kata The Christmas Encyclopedia, ”tetapi dari perayaan kafir Romawi yang diadakan pada akhir tahun”, sekitar waktu titik balik matahari pada musim dingin di Belahan Bumi Utara. Salah satunya ialah perayaan Saturnalia, untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian, ”dan perayaan gabungan untuk dua dewa matahari, Sol dari Roma dan Mitra dari Persia”, kata ensiklopedia yang sama. Hari lahir kedua dewa itu dirayakan pada tanggal 25 Desember, titik balik matahari pada musim dingin menurut kalender Julius.

Perayaan-perayaan kafir itu mulai ”dikristenkan” pada tahun 350, sewaktu Paus Julius I menyatakan 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. ”Kelahiran Kristus ini perlahan-lahan diterima atau menggantikan semua ritus titik balik matahari lainnya,” kata Encyclopedia of Religion. ”Lambang-lambang matahari semakin digunakan untuk menggambarkan Kristus yang telah dibangkitkan (yang juga disebut Sol Invictus), dan lambang kuno lingkaran matahari . . . menjadi lingkaran cahaya di kepala para santo Kristen.”

Apa kata Alkitab: Alkitab tidak menyebutkan tanggal kelahiran Yesus. Tetapi, kita bisa dengan yakin menyimpulkan bahwa ia tidak lahir pada 25 Desember. Mengapa? Alkitab memberi tahu kita bahwa sewaktu Yesus lahir, para gembala ”tinggal di tempat terbuka” menjaga kawanan mereka pada malam hari di daerah sekitar Betlehem. (Lukas 2:8) Musim hujan yang dingin biasanya dimulai pada bulan Oktober, dan para gembala—khususnya di dataran tinggi yang lebih dingin, misalnya di sekitar Betlehem—memasukkan domba-domba mereka ke dalam kandang pada malam hari agar terlindung. Cuaca paling dingin, yang adakalanya disertai turunnya salju, terjadi pada bulan Desember.

Menarik bahwa orang Kristen masa awal, yang kebanyakan menyertai Yesus selama pelayanannya, tidak pernah merayakan kelahirannya pada tanggal mana pun. Sebaliknya, sesuai dengan perintah Yesus, mereka hanya memperingati kematiannya. (Lukas 22:17-20; 1 Korintus 11:23-26) Namun, ada yang mungkin mengatakan, ’Apakah keterkaitan Natal dengan kekafiran perlu dipersoalkan?’ Jawabannya? Ya, itu hal yang serius bagi Allah. ”Para penyembah yang benar akan menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran,” kata Yesus Kristus.—Yohanes 4:23.
(2) ”Orang-Orang Majus”—Berapa Jumlahnya? Siapa Mereka?

Kebiasaan: Karena dibimbing oleh sebuah ”bintang” dari timur, tiga ’orang majus’ digambarkan memberikan hadiah kepada Yesus dalam palungan di sebuah kandang. Kadang-kadang diperlihatkan ada para gembala juga.

Asal usulnya: Selain apa yang dicatat secara singkat dalam Alkitab, ”segala yang ditulis tentang Orang Majus pada umumnya berasal dari legenda”, kata The Christmas Encyclopedia.

Apa kata Alkitab: Alkitab tidak menyebutkan jumlah ’orang majus’ yang mengunjungi Yesus. Mungkin saja dua, atau bisa saja tiga, empat, atau lebih. Ungkapan ”orang-orang majus” ini, yang digunakan dalam beberapa Alkitab, bahasa aslinya adalah magoi, yang berarti astrolog, ahli nujum atau tukang sihir—profesi yang menurut Alkitab ”memuakkan bagi Yehuwa”. (Ulangan 18:10-12) Oleh karena jauhnya perjalanan mereka dari Timur, para ahli nujum itu tidak sempat mengunjungi Yesus di kandang. Namun, barangkali setelah berbulan-bulan mengadakan perjalanan, mereka ”masuk ke dalam rumah” tempat Yesus tinggal. Di sana, mereka melihat ”anak kecil itu bersama Maria, ibunya”.—Matius 2:11.
(3) Bintang Apa yang Mengarahkan para Ahli Nujum Itu?

Petunjuknya didapat dari apa yang dilakukan oleh bintang itu. Sebagai contoh, bintang itu tidak mengarahkan mereka langsung ke Betlehem, tetapi ke Yerusalem, tempat Raja Herodes mendengar bahwa mereka bertanya-tanya tentang Yesus. Herodes kemudian ”dengan diam-diam memanggil ahli-ahli nujum itu”, yang memberi tahu dia tentang ”raja orang Yahudi” yang baru lahir. Selanjutnya, Herodes berkata, ”Carilah anak kecil itu dengan teliti, dan bila kamu telah menemukannya laporkanlah kembali kepadaku.” Tetapi, keingintahuan Herodes sama sekali tidak baik. Penguasa yang sombong dan kejam ini ingin sekali membunuh Yesus!—Matius 2:1-8, 16.

Menarik, ”bintang” itu kini mengarahkan para ahli nujum itu ke selatan, ke Betlehem. Lalu, bintang itu ”berhenti” di atas rumah tempat Yesus berada.—Matius 2:9, 10.

Jelas, itu bukan bintang biasa! Dan, untuk apa Allah, yang sebelumnya menggunakan malaikat untuk memberitahukan kelahiran Yesus kepada para gembala yang sederhana, kini menggunakan bintang untuk membimbing para ahli nujum yang kafir—mula-mula kepada musuh Yesus kemudian kepada anak itu? Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal adalah bintang itu merupakan alat jahat Setan, yang mampu mewujudkan hal seperti itu. (2 Tesalonika 2:9, 10) Ironisnya, hiasan yang disebut bintang Betlehem biasa dipasang di puncak pohon Natal.
(4) Apa Hubungan Sinterklas dengan Yesus dan Kelahirannya?

Kebiasaan: Di banyak negeri, Sinterklas dianggap sebagai pembawa hadiah bagi anak-anak. Anak-anak suka menulis surat kepada Sinterklas untuk meminta hadiah, yang konon dipersiapkan di markasnya di Kutub Utara dengan bantuan para kurcaci.

Asal usulnya: Menurut pandangan yang populer, asal usul mitos Sinterklas adalah Santo Nicholas, yakni Uskup Agung dari Mira di Asia Kecil, kini Turki. ”Hampir semua tulisan tentang St. Nicholas didasarkan atas legenda,” kata The Christmas Encyclopedia. Sebutan Sinterklas berasal dari kata Sinterklaas, pelesetan dalam bahasa Belanda untuk ”Santo Nicholas”. Dari sudut sejarah ataupun Alkitab, Sinterklas tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yesus Kristus.

Apa kata Alkitab: ”Setelah kamu menyingkirkan dusta, katakanlah kebenaran, masing-masing kepada sesamanya.” ’Sesama’ terdekat kita adalah anggota keluarga kita. (Efesus 4:25) Alkitab juga mengatakan bahwa kita harus ’mengasihi kebenaran’, ”memperkatakan kebenaran dalam hati [kita]”. (Zakharia 8:19; Mazmur 15:2) Memang, mengatakan kepada anak-anak bahwa Sinterklas (atau Kristus cilik) membawa hadiah Natal tampaknya menyenangkan dan tidak membahayakan, tetapi apakah benar atau bijaksana jika kita mengelabui anak-anak kecil, sekalipun dengan niat baik? Menurut Anda, tidakkah ironis bahwa peristiwa yang seharusnya bertujuan menghormati Yesus digunakan untuk mengelabui anak-anak?
(5) Bagaimana Pandangan Allah tentang Kebiasaan Memberi Hadiah dan Berhura-hura Saat Natal?

Kebiasaan: Memberi hadiah saat Natal memang unik karena biasanya berupa tukar-menukar hadiah, dan minggu-minggu Natal bercirikan pesta, makan-makan, dan minum-minum.

Asal usulnya: Kemeriahan Saturnalia Romawi kuno dimulai pada tanggal 17 Desember dan berakhir pada tanggal 24, sewaktu ada tukar-menukar hadiah. Rumah-rumah dan jalan-jalan ingar bingar dengan suara orang yang makan-makan, minum-minum, dan berperilaku liar. Saturnalia disusul dengan festival untuk memperingati hari pertama Januari, yang biasanya berlangsung kira-kira tiga hari. Kedua perayaan itu kemungkinan besar membentuk satu kemeriahan gabungan.

Apa kata Alkitab: Sukacita dan kemurahan hati merupakan ciri ibadat sejati. ”Bergembiralah, hai, orang-orang yang adil-benar; dan bersoraklah dengan sukacita,” kata Alkitab. (Mazmur 32:11) Sukacita demikian sering dibarengi dengan kemurahan hati. (Amsal 11:25) ”Lebih bahagia memberi daripada menerima,” kata Yesus Kristus. (Kisah 20:35) Ia juga mengatakan, ”Praktekkanlah hal memberi”, atau jadikanlah hal itu bagian dari kehidupan Anda.—Lukas 6:38.

Memberi seperti itu sama sekali berbeda dengan memberi secara ritual atau karena keharusan, mungkin karena kebiasaan masyarakat. Untuk menggambarkan semangat kemurahan hati sejati, Alkitab menyatakan, ”Setiap orang harus memberi menurut kerelaan hatinya. Janganlah ia memberi dengan segan-segan atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan senang hati.” (2 Korintus 9:7, Bahasa Indonesia Masa Kini) Orang yang mengindahkan prinsip Alkitab yang sangat bagus ini memberi karena terdorong oleh kemurahan hatinya, yang bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Yang pasti, memberi dengan cara ini diberkati Allah, dan tidak pernah membebani.

Suatu Tipu Daya!

Apabila diperiksa dengan menggunakan Alkitab, hampir setiap aspek Natal berasal dari kekafiran atau merupakan penyimpangan kisah Alkitab. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan Natal hanya labelnya saja Kristen. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Berabad-abad setelah kematian Kristus, muncullah banyak guru palsu, tepat seperti yang Alkitab nubuatkan. (2 Timotius 4:3, 4) Alih-alih mengajarkan kebenaran, orang-orang yang tidak berprinsip itu lebih suka membuat Kekristenan berterima bagi masyarakat kafir. Karena itu, secara bertahap mereka mengadopsi perayaan agama kafir yang populer dan memberinya label ”Kristen”.

Alkitab memperingatkan bahwa guru-guru palsu itu ”akan memanfaatkan kamu dengan kata-kata yang memperdayakan. Tetapi bagi mereka, penghakiman yang telah dinyatakan sejak zaman dahulu itu tidak berlambat-lambat, dan kebinasaan atas mereka tidak tertunda”. (2 Petrus 2:1-3) Saksi-Saksi Yehuwa menganggap serius kata-kata itu—sebagaimana mereka menganggap serius seluruh Alkitab, yang mereka pandang sebagai Firman Allah yang tertulis. (2 Timotius 3:16) Karena itu, mereka menolak kebiasaan atau perayaan agama palsu. Apakah itu berarti mereka kehilangan kebahagiaan? Sama sekali tidak! Seperti yang akan kita lihat sekarang, mereka merasakan sendiri bahwa kebenaran Alkitab membebaskan!
[Catatan Kaki]
Kelihatannya Yesus lahir pada bulan Etanim dalam kalender Yahudi kuno (September-Oktober).—Lihat karya referensi Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1251, yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
Menurut laporan berita BBC, di beberapa negeri Eropa, misalnya Austria, Christkind, atau Kristus cilik, lebih ditunggu-tunggu daripada Sinterklas. Namun, tokoh ini juga tetap berkaitan dengan pemberian hadiah.

[Kotak/Gambar di hlm. 8]

LALANG DITABUR, LALANG DITUAI
Kalangan berwenang gereja pernah berperang ”habis-habisan melawan apa pun yang berbau kafir”, kata buku Christmas Customs and Traditions—Their History and Significance. Tetapi akhirnya, para pemimpin gereja lebih suka memenuhi bangku-bangku gereja daripada mengajarkan kebenaran. Karena itu, mereka mulai ”bermain mata” dengan berbagai kebiasaan kafir. Belakangan, mereka memeluknya.

’Apa yang kamu tabur, itu juga yang kamu tuai,’ kata Alkitab. (Galatia 6:7) Setelah menaburi ladang mereka dengan benih-benih kekafiran, gereja seharusnya tidak heran bahwa ”lalang” berkembang subur. Perayaan yang katanya menghormati kelahiran Yesus menjadi alasan untuk bermabuk-mabukan dan berpesta pora, mal-mal lebih disukai daripada gereja, keluarga terbelit utang untuk membeli hadiah, dan anak-anak tidak bisa membedakan mana dongeng dan mana realitas, mana Sinterklas dan mana Yesus Kristus. Ya, sungguh tepat jika Allah berfirman, ”Berhentilah menyentuh perkara yang najis.”—2 Korintus 6:17.



[Gambar di hlm. 7]

Minggu-minggu Natal, seperti perayaan Saturnalia kuno, bercirikan pesta, makan-makan, dan minum-minum


[Keterangan]

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar